Ohayou gozaimasu.
Hai, hai, hai, Nechan hadir lagiiiii (tepuk tangan).
Ok, kali ini Nechan mau lanjutin artikel Mencoba Menulis Novel ~Dreams of Tomorrow~ (Ditemani Yui-san yang lagi nyanyi Life).
Untuk Chapter dua ini, ceritanya akan berhubungan dengan Rahwana-Sensei. Yup, kali ini Fai dapet hukuman!! Waduh, hukuman apa ya?! Bersihin toilet? Atau berdiri ditengah lapangan sambil hormat?? Yang mana dong?! Penasaran?! Ikuti terusannnya, ya!!
Lalu, di Chapter dua kali ini Radu-kun keluar. Yeyyyy, nih, Nechan paling suka bikin tokoh cowok yang seperti Radu-kun. Yah, yang misterius, cool, punya masa lalu kelam, tapi lembut dan baik hati. Hehehehe, tapi disisi lain Nechan juga suka karakter seperti Fai yang bandel akut, rese, trouble maker, dan predikat-predikat jelek lainnya, gimana ya, pasti ada penyebabnya cowok itu jadi bad boy, mungkin sama keluarga, temen, atau pacar.
Sekedar sharing, kemarin hari rabu, sebenernya kan Mau ujian Praktek 3ds max, Nechan sih pede aja, meskipun nggak belajar sama sekali (untuk momen seperti ini, Nechan menganut prinsip: kalau kepepet apapun pasti bisa dilakukan), lalu untuk hari rabu kemarin sebenernya ada presentasi PKN yaitu bahas konflik internasional, lalu Olahraga praktek senam, lengkaplah sudah penderitaan anak^^ Armast. Dan, kalian tau apa yang terjadi?!
Hehehehe, Ujian Praktek ditunda minggu depan (Loncat-loncat nggak jelas). Nah, senseinya bilang kalau jam pelajarannya kemarin dipakai buat belajar 3ds max lagi aja (huhuhuhuhu, thanks god). Setelah itu kami langsung menghadap komputer dengan wajah serius (kayak mau ikutan sidang parlemen), dan main Pokemon Chen *bo’ong, kok. Kami langsung belajar, yah meski sebagian anak bisa ditebak lagi ngapain, ada yang lagi ngerjain PR PKN, ada yang lagi maen game, ada yang ngrumpi nggak jelas (cewek, nih pasti). Huhuhuhu, lalu keajaiban datang lagi, apa itu?!
Tarachan datang sambil teriak-teriak kayak orang depresi (Piece, itu yang terlihat di mata Nechan, lho). Dia bilang, “Bu Roem nggak ada, Jam PKN kosong…. Disuruh ngerjain tugas Kelompok….” Gitu katanya kurang lebih. Langsung, Lab komputer jadi mirip kandang monyet yang baru dilempari Pisang (Rame minta ampun), ada yang sampi nari trio macan gitu (Parah), dan setelah pelajaran di Lab kami kembali ke Kelas tercinta, dan apa kalian tau apa yang terjadi, Kelas MM2 tidak pelajaran Olahraga, denger-denger Senseinya lagi nggak ada, itu artinya MM1 juga tidak pelajaran Olahraga *Hahahahaha, tertawa seakan kami pemenang piala oscar. Huhuhu, senenggg, dan akhirnya kami di kelas Cuma ngrumpi, ngerjain LKS, sambil internetan, hehehehe.
Itu cerita dari Nechan tentang Armast, kelas mungil, sederhana, namun diisin makhluk-makhluk langka dari seluruh penjuru dunia.
Nah, siap buat baca lanjutannya Dreams of Tomorrow??
Ok, Please…..
$$$
“Pengumuman, Panggilan ditujukan untuk Fai Kalevi dari kelas XI-7, dan Radu Ragasta dari kelas XI-I. dihirapkan segera ke ruang BP” Suara penguman bergema keseluruh sekolah dari alat pembesar Suara yang ada di setiap kelas,
Fai yang saat itu sedang malas-malasan mengikuti pelajaran Matematika, menurut dia matematika pelajaran pengantar tidur mirip dongeng Cinderella atau snow white, gitu, deh. Dengan segera ia tersadar, menoleh kearah Eza,
“Gue??” tanyanya pada Eza yang sedang memperhatikan Bu Ratna yang ada di depan,
“Iya, kayaknya” Eza menjawab sambil melirik kearah Fai,
“Kenapa, ya?” Tanya Fai sedikit heran,
“Lo tuh, geblek, ya. Ya, jelas masalah kemarinlah. Kemarin setelah elo keluar. Ada guru piket datang kesini” Kata Eza memberitahu,
“Oh” hanya itu reaksi Fai, seperti dia memang sudah biasa mengalami pola ini. Kabur dari sekolah, guru Piket dateng ke kelas, lalu besoknya dia diseret keruang BP, benar-benar pola yang lucu(menyedihkan, maksudnya).
“Fai Kalevi, sepertinya kamu dipanggil” kata Bu Ratna yang sepertinya sudah memperhatikan Fai dan Eza dari tadi, Fai segera berdiri dan melangkah ke depan,
“Permisi, bu” Kata Fai, sambil melewati Bu Ratna,
“…..” Bu Ratna hanya mengangguk,
Ruang BP….
Sauasana ruang BP sedikit sepi, hanya ada Rahwana yang sedang berhadapan dengan layar komputer, Fai sedikit ngeri ketika melihat tatapan Rahwana yang sudah terasa aura mengintimidasinya. Fai masih berdiri di depan pintu, kaku. Entah kenapa, rasanya Fai sedikit horror untuk masuk kedalam. “Heh, kayaknya gue bakal dipenggal, nih” katanya dalam hati.
“Sampai kapan kamu mau berdiri di sana?!” seru Rahwana dari tempat duduknya, membuat segala tebakan-tebakan Fai buyar dan memaksa Fai kembali ke kenyataan. Dengan berat hati, Fai melangkahkan kakinya, memasuki ruang eksekusi.
“Paling berat diskors?!” tanyanya dalam hati,
“Siapa yang menyuruh kamu duduk??” Tanya Rahwana ketika Fai duduk di kursi depan mejanya, dengan segera Fai berdiri.
“Kamu berdiri, masih ada seorang lagi yang harus ditunggu” kata Rahwana,
“Seorang lagi?? Siapa?? Ivan?? Raka??” tebak Fai dalam hati, penasaran akan siapa lagi yang Rahwana panggil, “Eh, kayaknya bukan mereka, deh. Kalau nggak salah tadi namanya Radu. Siapa tuh?! anak bandel baru?? Kok, gue nggak pernah denger” Tanya Fai dalam hati, menebak-nebak siapa Si- Radu ini.
“Tok tok tok” suara pintu ruang BP diketuk terdengar setelah sepuluh menit Rahwana dan Fai mnunggu dengan suasana yang lumayan mencekam,
“Pintunya diketuk. Anak bandel mananya?!” seru Fai dalam hati sedikit geli mendengar suara pintu diketuk tadi,
“Permisi, pak” suara cowok, terdengar ramah,
“Masuk, Radu” kata Rahwana dengan nada ramah juga,
“Woii, apaan, tuh. kenapa sama gue lo kayak ngajak berantem gitu” seru Fai dalam hati tidak terima,
Radu kemudian mengambil tempat disebelah Fai, sesaat dia memandang Fai, tapi kemudian dia beralih kearah Rahwana yang sedang memperhatikan Fai, sedangkan Fai juga menatap Rahwana dengan wajah yang super datar. Mungkin Fai menganggap Rahwana itu tiang listrik, yang emang wajar kalau ada. Dan bukan masalah besar. Lain dengan rahwana, dia memandang Fai layaknya Kucing memandang tikus, Ingin sekali ia santap.
“Saya mulai dari Fai Kalevi” Rahwana memulai perkataanya sambil membuka buku berwarna hitam,
“Kamu tau ini buku apa??” Tanya Rahwana pada Fai,
“Tau, Pak. Saya kan sering liat buku itu” Jawab Fai dengan santai tanpa beban,
“Kamu tau itu artinya apa??” Tanya Rahwana dengan wajah dingin,
“Wah, kalau itu sih saya nggak begitu ngerti” jawab Fai, Radu yang ada di samping Fai, matanya hampir keluar ketika mendengar jawaban Fai.
“Tolong gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika berbicara dengan saya” kata Rahwana,
“It’s Okay. No problem” Kata Fai sambil mengacungkan ibu jarinya, membuat Rahwana sedikit terkejut.
“Dan apa kamu tau siapa yang membuat buku ini penuh??” Tanya Rahwana lagi,
“Saya??” Fai balik bertanya,
“Brakk” suara meja digebrak terdengar, membuat Fai dan Radu sedikit mencelat kaget,
“Kalau kamu tau kenapa kamu tidak memperbaiki diri?!! Jawab pertanyaan saya!!” teriak Rahwana,
“Wah, saya tidak ngerti maksud, bapak” Jawab Fai masih dengan santai,
“Nih anak, urat takutnya bener-bener udah putus, kayaknya.” Kata Radu dalam hati melihat percakapan antara Rahwana dan Fai,
“Fai Kalevi, Jangan bercanda dengan saya. Kamu tau, sepanjang sejarah SMU Florence tidak pernah ada anak seperti kamu dan apa kamu tau, dulu ayah kamu ketua OSIS di sini. Saya benar-benar heran, kenapa kamu seperti ini??” Kata Rahwana panjang lebar,
“Ayah saya, pak??! Masak sih?? Setau saya dia juga bandel, deh” Fai terlihat tidak percaya mendengar perkataan Rahwana,
“Dan apa maksud kamu kemarin, saya menyuruh kamu mengerjakan LKS diluar. Tapi, kamu membolos keluar sekolah” kata Rahwana, sambil menatap tajam mata Fai, “Kamu mau menantang saya?!”
“Ehm, itu pak, kemarin, teman saya ada yang jatuh, jadi saya segera kesana. Saya khawatir” Fai mencoba memberi alasan,
“Saya tidak akan pernah menerima apapun alasan kamu. Yang saya tau kamu membolos dan tidak menjalankan hukuman saya” Seru Rahwana sepertinya dia sudah puyeng menghadapi Fai,
Kemudian Rahwana beralih memandang Radu yang sedari tadi memperhatikan Rahwana dan Fai adu mulut, Radu yang tiba-tiba di pandang, kaget. Dia langsung menunduk.
“Lalu, Radu Ragasta” Kata Rahwana,
“Maaf, pak. Saya tidak mengerti kenapa saya dipanggil” kata Kai lirih,
“Radu, saya dengar dari Pak Han. Kamu melawan dia, apa itu betul???” kata Rahwana memandang Kai dengan serius,
“Melawan?! Maaf, saya rasa saya tidak pernah melakukan itu” jawab Radu dengan tatapan datar,
“tapi, kemarin dia lapor kalau kamu melawannya saat pelajaran Matematika berlangsung, jadi..” Jelas Rahwana dengan tampang serius,
“Jadi itu,” kata Radu dengan tampang masih datar,
“Maaf, pak. Kemarin itu sebenarnya Pak Han menyuruh salah seorang teman sekelas saya mengerjakan soal matematika di depan dan gadis itu tidak bisa mengerjakannya, dia berdiri di depan hampir satu jam pelajaran, dan apa salahnya saya ingin membantunya mengerjakan soalnya. Toh, saya bisa.” Kata Radu menjelaskan,
“Huuh, Anak pinter ceritanya” dengus Fai sambil memandang ke lantai,
“Begitu ya?” kata Rahwan ketika Radu mengakhiri penjelasannya. Rahwana lebih percaya pada perkataan Radu daripada Pak Han yang memang suka cari kesalahan anak-anak pinter di SMU Florence.
“Saya pikir tidak ada yang salah dengan tindakan saya. Atau mungkin Pak Han saja yang ingin cari masalah dengan saya” gumam Radu,
“Baiklah kalau begitu. Kalian boleh keluar” Perintah Rahwana, “Dan Fai, jangan lupa, hari ini tepat jam dua belas siang. Saya ingin tugas kamu dikumpulkan”
“Hari ini?? Jam dua belas?! Bapak bercanda kan?! ini udah jam sepuluh” kata Fai dengan tampang tidak percaya,
“Apa saya terlihat sedang bercanda???” Tanya Rahwana,
“Ok. Ok” kata Fai sambil ngeloyor keluar diikuti Radu dibelakangnya,
Ketika keluar dari ruangan BP, keduanya berhenti sejenak. Diam. Karena merasa ada yang aneh, mereka saling pandang,
“Apa lo liat-liat??” Tanya Fai dengan nada tidak bersahabat,
“…..” Radu tidak menjawab, hanya memberikan tatapan kosong pada Fai,
“Gue bi.lang jangan liatin gue kayak gitu” perintah Fai, “Lo anak baru kan?? berani banget lo cari masalah sama Si Han. Lo nggak takut dia bakal bikin lo di DO dari sini”
“…..” tidak ada jawaban dari Radu, “Saya bersyukur kalau saya dikeluarkan. Jadi, saya tidak harus susah payah cari alasan agar bisa keluar dari sini” gumam Radu seraya meninggalkan Fai,
“Dasar orang aneh” kata Fai pada dirinya sendiri, “Untung gue bukan anak pinter, kalau itu terjadi, gue pasti jadi kayak dia”
To Be Continue…….
Regret
Nechan
Yellow, Butterfly and Latte ~ 3
9 tahun yang lalu
1 komentar :
pe,,pacarku banget :p
Posting Komentar