Hai. Hai.
Hai.
Selamat sore di tahun 2014. Ehmm,
nih aku hadir buat review novel yang udah aku kelarin. Di hari pertama tahun
ini. Fiuhh, akhirnya.. Here we go....
Judul : Forgiven
Author : Morra Quatro
Tahun Terbit : 2010
Penerbit : Gagas Media
Dua sahabat bertemu kembali di
sebuah ruang penjara di amerika. William Hakim dan Karla. Untuk tahu kisah
mereka, kita dikembalikan ke Jogjakarta sepuluh.. atau sebelas tahun yang lalu.
Karla, William, Alfan, Wahyu,
Robby dan Laut. Enam sahabat. Kenapa mereka bersahabat? Sederhana. Karena rumah
mereka searah, berdekatan dan mereka sama-sama naik sepeda untuk ke sekolah.
Meski Karla berpacaran dengan
Alfan. Baginya, William lah sahabat terbaiknya. Tempatnya membagi mimpi dan
rahasianya. Mereka berbagi mimpi. William yang terobsesi dengan fisika nuklir. Dengan
nobel sebagai tujuan jangka panjangnya.
Persahabatan mereka, (terutama,
Will, Karla dan Alfan) merenggang karena Alfan dan Will berbeda pendapat dan
itu erat hubungannya dengan Karla. Cobaan menguji keenam anak itu. Robby
dipanggil wakil kepala sekolah. Keesokan harinya, kelima anak itu mendapati
wajah Robby lebam-lebam. Pak Juandi memukul Robby.
Karla bertanya, apakah penyebab
Pak Juandi murka itu hanya karena ‘Rokok’. Tidak. Kelima cowok itu mengakui
kalau penyebabnya bukan hanya sekedar rokok. Mereka mencoba mencampur rokok dan
marijuana. Sesaat Karla marah, karena
dia tidak pernah tau soal ini. terlebih, William.. yang ia yakin tidak akan
berbuat bodoh dengan merokok. Juga terlibat.
William mengusulkan membalas
dendam pada Pak Juandi. Semua sahabat-sahabatnya setuju. Mereka mulai rencananya
dengan memasukkan tikus-tikus yang sudah mati ke ruang kerja Pak Juandi. Sayang,
rencana ketahuan. Semua di seret ke ruang BP. Kecuali Alfan, dia melarikan
diri. dan William, padahal dia yang mengusulkan rencana ini. tapi, Karla dengan
tegas mengatakan pada Wahyu kalau ‘William tidak terlibat dalam rencana ini’. itu
karena, sebentar lagi William akan dikirim ke Brussel dalam rangka Olimpiade
Fisika Internasional.
Kejadian heboh itu berakhir
dengan di skors-nya Karla. Dalam masa pengasingan (Mama Karla marah besar). Sahabat-sahabatnya
mencoba mengunjunginya, tapi ditolak tegas oleh Mama Karla. Kecuali William. Dia
datang dengan membawa binder kebanggaannya (berisi ringkasan-ringkasan
pelajaran fisika-kimia) dan Mama Karla membiarkannya menemui Karla.
Setelah skorsing itu, Karla
kembali masuk. dan ia kaget, karena suatu hari ia mendapati William tidak (hampir)
bisa melihat. Atau nyaris buta. William meminta Karla tenang dan memintanya
percaya kalau semua akan turn out fine.
Karla percaya, dan keesokan harinya kesehatan Will membaik.
Karla merasa persahabatan mereka
semakin renggang. Karena beberapa cowok di The Crowd sudah punya pacar. Dan dia
merasa William sedikit sedih karenanya. Tapi dugaannya itu salah. Wahyu, Laut,
Robby dan William masih sama seperti dulu. Mereka masih bersahabat. Dan btw,
Will pulang dari Brussel membawa kemenangan. J
Akhirnya mereka lulus. Malam harinya,
mereka berkumpul di lapangan bola tempat para cowok biasa main. Mereka rebahan
sambil memandang langit. Saat itu, mereka menamakan sebuah konstelasi bintang
berbentuk sepasang sayap dengan nama, Champagne Supernova in The Sky.
Robby dan Laut memilih pendidikan
di luar kota. Wahyu di terima di UGM. Sementara Karla akan terbang ke
singapura, ke tempat papanya. di sana ia akan bersiap untuk ujian masuk
universitas di Amerika. William?
Dia menghilang. Seperti di telan
bumi. Berkali-kali Karla datang ke rumahnya. Memencet bell rumahnya, memanggil
namanya, menanyakannya pada tetangga William. Hasilnya Nol. Tidak ada yang tahu
kemana William pergi.
Karla sudah di singapore,
menjalani bimbingan ini dan itu untuk persiapan ujian itu. Dia masih
bertanya-tanya kemana sebenarnya William. Setelah pulang makan siang dengan
papanya. mendadak keadaan kesehatannya memburuk. Saat itulah, William muncul di
hadapannya. Betapa leganya Karla. Terlebih, William bilang kalau dia mau kuliah
di Amerika, MIT.
Setelah perpisahan mereka di
bandara Changi. Mereka kembali
bertemu di apartemen seorang profesor Indonesia yang tinggal di Boston dan jadi
tempat berkumpul anak-anak indonesia yang kuliah di sana (bukan cuma orang
indonesia, sih). William yang ditemui Karla, Completely Different. Bukan Will
yang Karla kenal. Dan Will bilang kalau dia sudah menemukan seseorang lain. Tentu
Karla marah dan kacau. Dia pergi dari Apartemen itu.
Lama setelahnya, mereka kembali
bertemu di kampus Karla. William dan Nicholas (kakaknya) sedang melakukan
semacam presentasi sains. Dengan bantuan Bev, teman Karla. Dia bisa bertemu
lagi dengan William. Dan, William mengatakan kalau Karla hamil.
Lima tahun kemudian. Troy sudah
tumbuh, ia anak Karla dengan seseorang bernama Casey. Karla memutuskan untuk
menjadi single parent. Saat berkumpul
dengan keluarganya di Philadelphia. Karla mendapat telpon dari Bev. William Hakim
meledakkan sebuah gedung dan menewaskan dua orang.
Hahaha. Kalian pasti bingung,
kan? Kenapa Si William tiba-tiba aja ledakin gedung? Ok. Cerita kembali ke
setelah William dan Karla bertemu di kampus Karla. William dan Chiara. Chiara
itu teman satu tim William dan Nicholas di proyek itu. Dan Chiara adalah
kekasih Nicholas. Suatu malam Will dan Chiara terlibat semacam hubungan gitu.
Semua orang tidak ada yang menyadarinya. Sampai Nicholas melihat Chiara
pendarahan. Ia keguguran. Anak William.
Atas perbuatannya itu. William
dikeluarkan dari proyek. Sementara Chiara tetap ada di proyek. Bagi William,
Proyek itu adalah tujuannya. Ia mendedikasikan semuanya untuk proyek itu. Tapi ia
ditinggal begitu saja.
Tapi Chiara memilih untuk keluar
dari proyek itu. Ia memilih bersama William. Setelah Chiara lulus, mereka
menikah. Chiara membuka praktek di Chigago dan William bekerja sebagai teknisi
di perusahaan telekomunikasi yang sedang berkembang.
Chiara tau, kalau William
mengidap kanker otak. Dan kondisinya semakin buruk. Dia sudah meminta William
untuk menjalani terapi. Tapi William bilang, give me some time. Meskipun
William mengikuti kuliah di MIT. Dia bukan mahasiswa MIT. Jadi, ketika
perusahaan tempatnya bekerja mengubah standar perekrutan pegawai, otomatis Will
disingkirkan. Itu jelas menggoncangnya. Dan itulah alasan mengapa ia meledakkan
gedung perusahaan itu.
Setelah pertemuan Karla dan
Chiara. Akhirnya, Karla bisa menyusun misteri demi misteri tentang William
Hakim. Kemana William saat Karla memanggil-manggil namanya di depan rumahnya.
Semasa William dalam tahanan.
Karla terus mengunjunginya. Membawakannya buku demi buku dan Karla bercerita
tentang anaknya. Will pun bertanya, apakah Karla menceritakan tentangnya ke
Troy,
Saat itu, William yakin kalau dia
akan dihukum mati. Dan memang, ia dihukum mati. William meminta Karla dan Troy
menemuinya pagi hari sebelum eksekusi. Mama Karla yang menyampaikannya pada Karla. Dan karla tidak
mau. Ia tidak mau Troy terlibat dengan hidup Will yang kacau balau. Tapi setelah
berbicara dengan mamanya. Karla setuju, ia juga bertanya pada Troy. Apa anak
itu mau bertemu William. Ya.
Pagi hari itu. Karla dan Troy
mengunjungi William. Troy membawa perlengkapan gambar dan mainannya. Troy
memberi Will cokelat. Seperti yang dulu Karla pernah lakukan. Mereka (Will dan
Troy) terlibat dalam obrolan seru. Tentang tata surya, planet dan bercerita
tentang sekolah Troy. Troy juga bertanya, apa Will mencintai mamanya? He always
love her.
Saat waktu hampir habis. Karla
sempat menyuruh Will memanfaatkannya, supaya Will bisa kabur. Tapi Will memilih
tidak melakukannya. Mengingat akan berdampak pada Troy.
Will menitipkan bindernya pada
Karla dan memintanya menjaganya. Dalam perjalanan pulang, Karla membuka binder
itu. Dan menemukan dua benda yang membuatnya terenyuh. Benda pertama, denah
gedung ekslusif hasil gambaran Karla. Denah yang mereka gunakan dalam operasi
balas dendam pada Pak Juandi. Kedua, surat izin untuk William dan Karla. Saat karla
mendapat mens dan harus pulang karena tembus.
Will yang selama ini ia anggap
telah berubah. Ternyata masih Will yang sama. Seperti yang ia kenal jauh
sebelumnya.
Done. Aku menangkap kalau semua
pasti berbuat kesalahan dan sebagian tidak melulu harus dihukum. Just forgive. Karla marah, kenapa
William kembali menginginkannya saat semua sudah seperti itu. Kenapa dulu dia
tidak datang padanya, kalau benar William mencintainya. Tapi kemudian ia
menyesalinya, kenapa tidak dia sendiri yang mendatangi Will. Seharusnya ia
tidak peduli pada orang-orang yang ada di sekitar Will. Meski Will mungkin akan
menolaknya, memakinya. Tapi pasti Will akan bisa menerimanya, dan Karla
bersedia menemaninya dalam keadaan apapun. Karla sadar ketika semuanya sudah
tidak bisa diubah.
Dan, hal yang mengejutkanku. Teman-teman.
Setelah eksekusi William. Bev yang saat itu berprofesi sebagai jurnalis. Memberi
penjelasan pada Karla tentang hal yang terjadi sebenarnya di kasus peledakan
gedung perusahaan tempat William bekerja. Yang intinya menurutku, William tidak
seharusnya dihukum mati. You guys should read it. I promise, kalian nggak
nyesel baca ini.
I love these quote :
·
“Itu seperti hukum kekekalan energi. Kamu masih
ingat hukum kekekalan energi? Energi tidak bisa diciptakan, tidak bisa
dimusnahkan. Jadi, jumlah total energi, baik positif maupun negatif, dalam
bentuk apapun. Di seluruh universe ini akan selalu sama. Energi yang kamu
lepaskan, entah bagaimana caranya, akan kembali lagi kepadamu dengan jumlah
yang sama. Meski sebesar biji zarrah pun itu.”
·
“Everyone makes mistakes, but only a few could
forgive. Padahal ada banyak kesalah yang hanya perlu dimaafkan, bukan dihukum.
An eye for an eye will make us all blind.”
·
Some mistakes need to be punished. Some need to
be forgiven—and that’s what we’re doing. ‘Why?’. Because he’s a friend. A Family.
·
Karena bahkan dengan semua kenyataan dan
misterinya ini perasaan sayang dalam hatiku tidak juga berubah. Hingga saat
ini, saat semua orang di luar mencela dan membencinya. Aku masih begitu sayang.
Meski seratus tahun lagi, dia masih hidup dan aku masih ada pada waktu itu.
·
Kamu tau, Tuhan nggak menentukan nasib. Tuhan Cuma
memberi orang beberapa karakteristik, seperti elektron dan proton dan neutron
dalam atom. Sisanya berjalan seperti hukum alam. Semua orang punya pilihan
untuk menarik garis hidup mereka masing-masing.
·
Tapi kita Cuma dapat beberapa kesempatan seumur
hidup--- hanya beberapa kesempatan saja—yang bisa mengubah seluruh hidup kita. Sometimes
we make bad choices.
·
Akhirnya, ada beberapa hal yang nggak aku ahli ‘kan,
K. I can’t tell you how I love you. That’s just—way beyond my vocabulary.
Sincerely,
Dewi Wulandari (:
0 komentar :
Posting Komentar