Sabtu, 14 Desember 2013

[Book Review] Madre - Dee




Judul : Madre
Penulis : Dee
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2011
Halaman : 162 hlm
Genre : Fiksi, Kumpulan Cerita
 






“Apa rasanya sejarah hidup kita berubah dalam sehari?
Darah saya mendadak seperempat Tionghoa,
nenek saya ternyata tukang roti, dan dia
bersama kakek yang tidak saya kenal.
Mewariskan anggota keluarga yang tidak pernah saya tahu: Madre.”

Tansen Wuisan, ditinggali secarik alamat dan sebuah kunci oleh seseorang yang tidak ia kenal sama sekali.
Secarik alamat itu membawanya ke sebuah toko tua di kawasan jakarta tua. Di sana ia bertemu dengan Hadi.  Lelaki cina itu menjelaskan pada Tansen tentang Tan Sin Gie dan Tan de Bakker, toko kue yang lima tahun ini sudah tidak beroperasi. Dalam penjelasan Pak Hadi, Tansen mendengar sebuah nama, ‘Madre’. Jelas saja Tansen kebingungan mendengar omongan Pak Hadi, tapi setelah diajak ke dapur dan membuka sebuah lemari es tua. Tansen dihadapkan dengan warisan yang menjadi haknya, sebuah ‘adonan’. Iya, Adonan. Bukan seorang wanita atau bidadari. Hanya, Adonan.
Tentu Pak Hadi ragu, seorang pemuda dengan dandanan tidak jelas (rambut gimbal, jins sobek-sobek, berkulit gelap) dan tidak punya pengalaman di dapur. Tansen sendiri juga tidak mengerti dengan situasinya, dia jauh-jauh datang ke jakarta dan sekarang harus berurusan dengan sebuah adonan. Terlebih dia tidak mengenal siapa itu ‘Tan Sin Gie’.  
Niatnya untuk segera meninggalkan toko roti itu dicegah Pak Hadi. Dia melanjutkan penjelasannya tentang silsilah keluarga Tansen. Tan Sin Gie adalah kakek Tansen. Dia bertemu dengan Lakshmi ketika bekerja di sebuah toko roti, karena merasa roti yang dibuat Lakshmi berbeda. Tan Sin Gie mengajak Lakshmi mendirikan toko roti sendiri. Dari hubungan persahabatan, mereka akhirnya menikah. Meski itu berarti keduanya harus di usir oleh keluarga masing-masing.
Keesokannya, Pak Hadi membuat roti dengan bahan ‘Madre’. Madre itu sendiri adalah adonan biang yang diciptakan nenek Tansen. Hasil perkawinan antara air, tepung, dan fungi bernama Sacchoramyses exiguus. Semua roti yang ada di Tan de bekker menggunakan ‘madre’ sebagai adonan biang.
Ketika menunggu roti mengembang, Tansen memutuskan pergi ke warnet. Dua tahunan ini Tansen mempunyai rutinitas mengisi blog. Menceritakan tentang kehidupannya. Dan dari blog itu, seorang gadis keturunan cina  bernama Mei, tertarik, sangat tertarik malah dengan cerita Tansen tentang madre. Tan pun memberitahukan alamat Tan de Bakker pada Mei.
Setelah mencicipi roti itu, Mei langsung menawarkan kerja sama. Well, dia adalah anak pemilik toko roti terbesar di Bogor. Bahkan dia ingin membeli Madre. Tentu Pak Hadi tidak setuju. Madre ndak dijual, Itu katanya.
Tansen pun tergiur dengan tawaran seratus juta untuk sebuah adonan biang. Setelah berdebat dengan Pak Hadi. Tan tetap bersikukuh menjual Madre, karena dia tidak tertarik dengan bisnis dan membuat roti.
Pak Hadi sadar kalau ia tidak punya hak melarang Tansen menjual Madre. Maka keesokan harinya, dia dan keempat temannya mengadakan pesta perpisahan untuk madre. Lima manula itu pagi-pagi sudah ada di dapur, mengobrol ditemani alunan musik keroncong.
            Mendengar cerita tentang Tan de Bakker beserta pegawainya, Madre dan kakek neneknya. Tansen membatalkan niatnya menjual Madre dan diganti dengan kerjasama antara Mei dan Tan de Bakker. Toko roti itu kembali beroperasi.
            Tapi lama kelamaan, Tansen mengkhawatirkan keadaan para pegawai Tan de Bakker. Mereka rata-rata sudah 70-an. Lama kelamaan mereka akan kollaps. Setelah berdiskusi dengan Mei. Tansen memutuskan untuk menerima tawaran Mei, menjual Tan de Bakker pada Fairy Bread dan para pegawai manula itu tetap bisa bekerja dengan jam kerja yang masuk akal. Nama Tan de Bakker pun berubah menjadi Tansen de Bakker.
            Mei merombak tampilan toko dengan mempertahankan suasana kuno-nya. Para artisan Tansen de Bakker bekerja dari jam tujuh pagi sampai setengah lima. Shift malam dilanjutkan staff lainnya. Di sana mereka tidak hanya menjual roti, tapi juga sup kaldu biang Pak Hadi yang fantastis.
            Tansen kini menetap di Jakarta. Pertemuannya dengan biang bernama ‘Madre’ membuatnya mendapat sebuah keluarga. Keluarga itu bernama, ‘Tansen de Bakker’.  
---
            Buku kumpulan cerita ini, tidak hanya berisi ‘Madre’. Ada 12 karya fiksi dan prosa lainnya. Rimba Amniotik. Perempuan dan Rahasia. Ingatan tentang Kalian. Have You Ever? Semangkok Acar untuk Cinta dan Tuhan. Wajah Telaga. Tanyaku Pada Bambu. 33. Guruji. Percakapan di Sebuah Jembatan. Menunggu Layang-layang. Barangkali Cinta.
            Postingan saya kali ini khusus membahas Madre. Saya melihat seorang Tansen yang hidup bebas. Tidak terikat pada suatu tempat. Tapi tiba-tiba saja dia harus berurusan dengan orang-orang yang mengenal dirinya dan lebih baik dari dirinya sendiri. Dan Pak hadi, Bu Corry, Bu dedeh, Bu Sum, Pak Joko, dan Mei. Berhasil membuatnya memutuskan untuk menetap di satu tempat tentu saja bersama Madre. Adonan biang warisan kakek-neneknya yang kini menghubungkannya dengan keluarganya yang sebenarnya.

“Saya rindu pantai. Tapi pantai tidak perlu jadi rumah saya. Rumah adalah tempat di mana saya dibutuhkan.” – Madre, Dee (2011)

P.S. Setahu saya Madre sudah diadaptasi ke layar lebar. Maybe, next time saya akan coba nonton. Semoga bayangan di kepala saya tidak terlalu meleset. J



Sincerely,


Dewi Wulandari (:

0 komentar :

Posting Komentar